Kamis, 26 November 2009

Mengapa Aku Begitu Mencintaimu?


Mengapa Aku Begitu Mencintaimu?

Apakah arti mencinta?

Sulit. Aku masih mencoba mendefinisikannya hingga kini. Aku hanya mampu berkesimpulan bahwa mencintai adalah menggantungkan seluruh kebahagiaan hanya kepada satu orang : orang yang kita cintai. Jika ini terjadi, keseluruhan hidupku adalah miliknya. Dia yang mengatur segala kebahagiaan yang terjadi dalam detik-detik pencinta.

Sembari mendengarkan tiupan saxophone Kenny G., aku mencoba mengurai kembali sejarah cinta yang membuat semuanya menjadi seperti ini.

Di awal, cinta adalah permainan, dan akhirnya adalah kesungguhan. Cinta tak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami agar diketahui. Itu kata Ibn Hazm.

Keterangan tentang cinta, bukanlah cinta.

Cinta. Membuat pagiku menjadi bersemangat. Sejenak sebelum mandi, aku mendengarkan banyak lagu-lagu cinta, sembari berteriak keras di kamar dengan sesekali melompat laksana anak kecil yang baru saja mendapat mainan kesukaan sebagai hadiah ulang tahunnya.

Cinta. Membuat segala jenis masakan terasa sama. Ini yang mungkin juga menyebabkan orang berkata : tai kucing rasa coklat. Kemampuan hati yang disinergikan dengan ketidakrasionalan otak dalam berlogika membuat segala jenis rasa terdefinisikan dalam sebuah kata : indah.

Cinta. Membuat sarapan pagiku terasa bagai makan malam yang kemarin. Tenggorokan juga memberikan reaksi dengan menegangkan seluruh urat di bagian pendorong makanan, menyebabkan ketakutan akan anoreksi menyerang. Ia mengkhawatirkan kesehatan, tapi membuat rasa saling ingin menjaga itu makin kuat. Entahlah.

Cinta. Membuat seluruh masaku hanya menjadi miliknya, bahkan ketika berdiri di depan kelas sekali pun. Hanya ada beberapa masa aku melupakannya. Dalam keseluruhan 24 jam, aku bisa menyediakan 48 jam untuknya.

Cinta. Membuat kesibukanku terganti dengan sebuah senyum tersungging tanpa henti. Tak pernah ada rasa bahwa aku sedang mengerjakan sesuatu, semuanya hanyalah hiburan. Pekerjaan utamaku adalah memikirkannya, selain dari itu, hanyalah pengisi waktu luang yang membuatku menanti masa bersamanya.

Cinta. Membuat sifat pujangga yang mungkin tak pernah ada di kepalaku kini muncul menjadi nyata. Aku bisa. Aku mampu. Setiap kata yang kudengar kini mampu menjadi puisi. Setiap lagu yang bertalu adalah musik cinta. Setiap suara yang mengembang dari bibir adalah kata-kata indah.

Cinta. Membuat diri begitu rapuh. Lemah. Ketika satu saja hal membuat ketidaknyamanan muncul, seketika itu semua menjadi hambar. Senyum tak terukir dari bibirnya lebih menggerahkan daripada panas yang menghamba di bumi setahun lamanya. Marah yang muncul adalah neraka, yang akan membuat semua menjadi serba tak nyaman.

Cinta. Membuat berbagai kenangan melekat dalam. Melekat kuat di tiap titik saraf pencinta. Ia menjadikan semua momen kebersamaan adalah sebuah kejadian yang bahkan lebih penting dari sekedar proklamasi kemerdekaan.

Cinta. Membuat dinamika rasa itu bak grafik sinus. Naik, turun. Secepat kedipan mata. Hati merasakan gelombang radiasi yang tak pernah mampu dijelaskan dengan kata.

Cinta. Membuat diri tak pernah mampu mengendalikan situasi. Ia sungguh menjadikan aku sebagai hambanya.

Cinta. Membuat aku mampu menunggu selama 2 jam berturut-turut tanpa henti. Menunggu, satu dari sekian hal yang paling tidak kusuka ternyata makin terasa menyebalkan ketika cinta membuatnya. Dada sesak, aku bersujud memohon pada Tuhan untuk segera mengirim bantuannya.

Cinta. Membuat hati begitu kuat, setelah seketika ia merapuhkannya. When love makes everything possible. Itu yang mungkin. Seketika lemah, dan seketika kuat.

Cinta. Meninggikan, membanting, menguatkan, melemahkan, merasa, mengiba.

Cinta. Adalah cinta. Ia akan menjadikan diri bak raja yang begitu sulit melepaskan diri dari bayang sang permaisuri.

Tapi mengapa aku begitu mencintaimu?

Cara Mengurangi Kecanduan Facebook


Cara Mengurangi Kecanduan Facebook

Ketergantungan adalah keterjajahan …

Facebook, Blogging, SMS, Internet, rokok, atau apa pun itu, jika telah sampai di tahap ekstrem, pasti tidak akan berakibat baik bagi penggunanya.

Facebook terutama, sejak dilaunching 4 Februari 2004, hingga Maret 2009 kemarin saja, pengguna jejaring sosial ini telah mencapai angka 1.446.320 (paling aktif nomor 1 dalam hal pengakses dan nomor 5 di dunia dalam hal pengguna). Entah apa yang menyebabkan itu! Alasan paling masuk akal adalah orang Indonesia mungkin kekurangan pekerjaan, sehingga menghabiskan banyak waktu mereka di dunia nyata. *Mungkin juga termasuk saya*.

Facebook adalah tentang Narcisme. Semua yang dituliskan adalah segala hal tentang menjadikan image diri terlihat begitu cool bagi orang lain. Padahal kenyataan di dunia nyata sama sekali tidak seperti itu. Coba saja amati kalau tidak percaya.

Jika Anda memiliki ciri-ciri ini dalam ber-Facebook, maka Anda bisa jadi dideteksi memiliki kecanduan dengannya. Ciri-ciri itu adalah :

  1. Facebook telah menjadi homepage internet di handphone, komputer atau laptop Anda.
  2. Anda mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman.
  3. Daftar teman Anda sudah melebihi angka 500 orang dan setengahnya hampir tidak dikenal.
  4. Bila sedang jauh dari komputer, Anda mencek facebook melalui BlackBerry, iPhone, atau ponsel pintar lainnya.
  5. Rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari, meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag Anda di fotonya.
  6. Anda mengubah profile foto lebih dari 12 kali.
  7. Anda membaca artikel ini sambil mencek facebook.
  8. Anda membersihkan “wall” agar terlihat sudah lama tidak masuk ke fb.
  9. Anda menjadi anggota lebih dari 10 grup dan merespons setiap undangan meski sebenarnya tak berminat.
  10. Anda mengubah status hubungan hanya untuk meningkatkan popularitas di facebook.

Bagaimana menguranginya?

Lakukan tahapan beberapa tips berikut :

  1. Lakukan niat mendalam untuk mengurangi kecanduan. Salah satu cara terbaik yang dilakukan adalah dengan *hanya* menuliskan sesuatu yang penting di status atau pada komentar yang kita sebar pada orang lain. Jika tak ingin melakukan hal sia-sia yang membuat kita benar-benar menjadi Tukang Ketik. Menjadi pengguna ekstrim berarti, maaf, menurunkan status Anda. Mungkin awalnya Anda adalah dokter, guru, mahasiswa, ibu rumah tangga atau karyawan, dengan terus menerus menjadi Penebar Komentar Sampah, Anda tak lebih dari sekedar seorang Tukang Ketik.
  2. Coba lakukan beberapa hal baru tanpa melibatkan HP, laptop atau PC Anda. Jika Anda gemar berolahraga, usahakan lakukan olahraga rutin setiap pagi dan sore. Tanamkan kebiasaan ini. Lakukan rutin dengan bantuan niat yang kuat di awal tadi. Sesekali lakukan refreshing selama beberapa hari di tempat yang tidak ada signal wifi, tak ada hotspot, tak ada akses internet, tak ada operator GSM. Jika bisa berlalu selama beberapa hari, Anda akan bisa mengurangi kecanduan itu.
  3. Lakukan perubahan cara online. Jika Anda terbiasa online lewat HP, ganti HP Anda dengan model yang tak memiliki akses Facebook. Misalnya, gunakan Nokia 1202, Nokia yang sama sekali tak memiliki akses itu. Mesti memaksa diri untuk mengurangi kecanduan bukan?
  4. Minta hipnotis dari sang Ahli.
  5. Hapus Account Anda di Facebook. Ini cara terakhir. Jika memang situasinya memungkinkan.

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan kaitannya dengan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan kaitannya dengan Kemiskinan

Ilmu pengetahuan, teknologi dan kemiskinan memiliki kaitan struktur yang jelas. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Ilmu pengetahuan sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan, sementara teknologi mengandung ilmu pengetahuan di dalamnya.

Bila ditelaah, ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di dunia (satu dunia), yang diantaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Padahal manusia dalam pekerjaan ilmiahnya tidak hanya bekerja dengan akal budinya, melainkan dengan seluruh eksistensinya. Oleh karena itu, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan etika (kebaikan), maka kita tidak dapat netral dan bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah. Sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknologi, terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral dan ajaran agama. Ilmuwan selaku ahli teknologi harus bersikap mempunyai tanggung jawab sosial, yakni tanggung jawab terhadap masyarakat menyangkut asas moral mengenai penelitian etis terhadap obyek penelaahankeilmuan dan penggunaan pengetahuan ilmiah (teknologi) dengan segala akibat sosialnya.

Dalam hal kemiskinan struktural, ternyata adalah buatan manusia terhadap manusia lainnya yang timbul dari akibat dan dari struktur politik, ekonomi, teknologi dan sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat mengakibatkan kemiskinan, karena mengakibatkan terjadinya perubahan sosial yang fundamental. Sebab kemiskinan diantaranya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal ini pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran, hasil produksi dan mekanisme pasar. Kesemuanya merupakan sub sistem atau sub struktur dari sistem kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

A. Ilmu Pengetahuan

Di kalangan ilmuwan ada keseragaman pendapat, bahwa ilmu” itu selalu tersusun dari pengetahuan secara teratur, yang diperoleh dalam pangkal tumpuan (objek) tertentu dengan sistematis, metodis, rasional/ logis, empiris, umum dan akumulatif. Sedangkan dalam memberikan pengertian pada “pengetahuan”, Bacon dan David Home, menyatakan pengetahuan sebagai pengalaman indera dan bathin, Immanuel Kant menyatakan bahwa pengetahuan merupakan persatuan antara budi dan pengalaman, sedangkan teori Phyrro menjelaskan bahwa tidak ada kepastian dalam pengetahuan.

Dari pandangan diatas, kita memperoleh sumber-sumber pengetahuan yaitu : ide, kenyataan, kegiatan akal budi, pengalaman atau meragukan karena tidak adanya sarana untuk mencapai pengetahuan yang pasti. Sedangkan secara umum, dapat diartikan bahwa pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, dan penerangan-penerangan yang keliru.

Dari pengertian ilmu dan pengetahuan di atas, dapat dikatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran, yang selalu dapat diperiksa dan dikontrol dengan kritis oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya.

Unsur pokok dalam suatu ilmu pengetahuan adalah :

  1. Pengetahuan, sebagaimana pengertian di atas.
  2. Tersusun secara sistematis. Tidak semua pengetahuan merupakan ilmu, hanyalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang merupakan ilmu pengetahuan. Sistematik berarti urutan-urutan strukturnya tersusun sebagai suatu kebulatan. Sehingga akan jelas tergambar apa yang merupakan garis besar dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan. Sistem tersebut adalah sistem konstruksi yang abstrak dan teratur. Artinya, setiap bagian dari suatu keseluruhan dapat dihubungkan satu dengan lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya ada dalam pikiran, sehingga tidak dapat diraba ataupun dipegang. Ilmu pengetahuan harus bersifat terbuka artinya dapat ditelaah kebenarannya oleh orang lain.
  3. Menggunakan pemikiran yaitu menggunakan akal sehat. Pengetahuan didapatkan melalui kenyataan dengan melihat dan mendengar serta melalui alat-alat komunikasi.
  4. Dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau masyarakat umum.

Ilmu pengetahuan harus dapat dikemukakan, harus diketahui oleh umum sehingga dapat diperiksa dan dikontrol umum yang mungkin berbeda pemahamannya.

Dari sudut penerapannya, ilmu pengetahuan dibedakan antara ilmu pengetahuan murni dan ilmu pengetahuan terapan. Ilmu pengetahuan murni bertujuan membentuk dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak untuk mempertinggi mutunya. Ilmu pengetahuan terapan bertujuan menggunakan dan menerapkan ilmu pengetahuan tersebut ke dalam masyarakat untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi.

Dalam kehidupan di dunia ini, manusia tidak akan pernah lepas dari keterkaitan dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Sebagai fithrah yang membedakan manusia dengan makhluk yang lain adalah adanya akal pikiran manusia yang menjadi dasar munculnya ilmu pengetahuan. Dalam hidup ini, manusia selalu menggunakan ilmu pengetahuan untuk mempermudah kegiatan mereka. Ilmu pengetahuan selain tersusun secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran juga harus mengandung nilai etis dan moral. Yaitu bermakna, berarti atau berguna bagi kehidupan manusia. Pemanfaatan ilmu pengetahuan hendaknya didasari pada hal-hal yang asasi, untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Ilmu pengetahuan yang tidak dilandasi dengan etika dan moral hanya akan membawa penderitaan bagi orang lain. Karenanya, alangkah sangat bijaksana apabila manusia dapat memanfaatkan ilmunya untuk mempelajari berbagai gejala atau peristiwa yang mempunyai manfaat bagi manusia.

Dunia modern saat ini tidak bersikap netral terhadap penyelidikan ilmiah, sebab manusia hidup dalam satu dunia, hasil ilmu pengetahuan harus membawakan manfaat bagi kehidupan manusia bukan penderitaan. Manusia dalam pekerjaan ilmiah tidak hanya bekerja dengan akal budi saja, melainkan dengan seluruh eksistensinya dengan seluruh keberadaannya, dengan hatinya dan dengan panca inderanya. Sehingga manusia dalam mengambil keputusannya, membuat pilihannya terlebih dahulu mendapatkan pertimbangan dengan ajaran agama, nilai etika dan norma kesusilaan.

Konteks ilmu dengan ajaran agama dalam rangka meningkatkan ilmuwan itu sendiri sejajar dengan orang yang beriman pada derajat yang tinggi, sebagai pemegang amanat khalifah di muka bumi.

B. TEKNOLOGI

Menurut Walter Buckingham yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu pengetahuan yang diterapkan ke dalam seni industri, oleh karenanya mencakup alat-alat yang memungkinkan terlaksananya efisiensi kerja menurut keragaman kemampuan.

Atau menurut pengertian lain, teknologi adalah pemanfaatan ilmu untuk memecahkan suatu masalah dengan cara mengerahkan semua alat yang sesuai dengan nilai-nilai kebudayaan dan skala nilai yang ada.Kalau ilmu dasar bertujuan untuk mengetahui lebih banyak dan memahami lebih mendalam tentang alam semesta dengan isinya, teknologi bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis serta untuk mengatasi semua kesulitan yang mungkin dihadapi manusia. Hubungan ilmu pengetahuan dengan teknologi sering diungkapkan sebagai berikut :

Ilmu tanpa teknologi adalah steril dan teknologi tanpa ilmu adalah statis (Ilmu tanpa teknologi tidak berkembang dan teknologi tanpa ilmu tidak berakar.

Yang dimaksud dengan teknologi tepat guna adalah suatu teknologi yang telah memenuhi tiga syarat utama yaitu :

a. Persyaratan Teknis, yang termasuk di dalamnya adalah :

~ memperhatikan kelestarian tata lingkungan hidup, menggunakan sebanyak mungkin bahan baku dan sumber energi setempat dan sesedikit mungkin menggunakan bahan impor.

~ jumlah produksi harus cukup dan mutu produksi harus diterima oleh pasar yang ada.

~ menjamin agar hasil dapat diangkut ke pasaran dan masih dapat dikembangkan, sehingga dapat dihindari kerusakan atas mutu hasil.

~ memperlihatkan tersedianya peralatan serta operasi dan perawatannya.

b. Persyaratan Sosial, meliputi :

~ memanfaatkan keterampilan yang sudah ada

~ menjamin timbulnya perluasan lapangan kerja yang dapat terus menerus berkembang

~ menekan seminimum mungkin pergeseran tenaga kerja yang mengakibatkan bertambahnya pengangguran.

~ membatasi sejauh mungkin timbulnya ketegangan sosial dan budaya dengan mengatur agar peningkatan produksi berlangsung dalam batas-batas tertentu sehingga terwujud keseimbangan sosial dan budaya yang dinamis.

  1. Persyaratan Ekonomik, yaitu :

~ membatasi sedikit mungkin kebutuhan modal

~ mengarahkan pemakaian modal agar sesuai dengan rencana pengembangan lokal, regional dan nasional

~ menjamin agar hasil dan keuntungan akan kembali kepada produsen

~ dapat mengarahkan lebih banyak produsen ke arah cara penghitungan ekonomis yang sehat.

Teknologi, selain menimbulkan dampak positif bagi kehidupan manusia, terutama mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam hidup, juga memiliki berbagai dampak negatif jika tidak dimanfaatkan secara baik. Contoh masalah akibat perkembangan teknologi adalah kesempatan kerja yang semakin kurang sementara angkatan kerja makin bertambah, masalah penyediaan bahan-bahan dasar sebagai sumber energi yang berlebihan dikhawatirkan akan merugikan generasi yang akan datang.

C. KEMISKINAN

Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problema yang muncul dalam kehidupan masyarakat, khususnya pada negara-negara yang sedang berkembang. Kemiskinan yang dimaksud adalah kemiskinan dalam bidang ekonomi. Dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang paling pokok seperti pangan, pakaian dan tempat berteduh.Atau dengan pendapat lain, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan.

Kemiskinan bukanlah suatu yang terwujud dengan sendiri terlepas dari aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud sebagai hasil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Terutama aspek sosial dan aspek ekonomi. Aspek sosial adalah adanya ketidaksamaan sosial di antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin, usia yang bersumber dari corak sistem pelapisan yang ada dalam masyarakat. Sedangkan aspek ekonomi adalah adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.

Sementara itu klasifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat dikatakan miskin ditetapkan dengan menggunakan tolak ukur utama, yaitu :

v Tingkat pendapatan. Misalkan saja di Indonesia, tingkat pendapatan digunakan ukuran kerja waktu sebulan. Dengan adanya tolak ukur ini, maka jumlah dan siapa yang tergolong dalam orang miskin dapat diketahui. Atau dengan menggunakan batas minimal jumlah kalori yang dikonsumsi, yang diambil persamaannya dalam kg beras.

v Kebutuhan relatif per keluarga. Dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi dalam sebuah keluarga agar dapat melangsungkan kehidupannya secara sederhana tetapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak.

Jika dikaitkan dengan kemakmuran, maka ada dua persepsi masyarakat yang cukup berlawanan tentang hal ini. Persepsi pertama adalah yang berpikir rasional dan eksak. Bahwa kemakmuran seseorang diukur dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiliki atau dikuasai untuk memelihara dan menikmati hidupnya. Semakin banyak jumlah dan makin tinggi nilainya, maka akan makin tinggi taraf kemakmuran hidupnya. Sedangkan persepsi kedua adalah pandangan masyarakat umum, terutama pedesaan. Mereka beranggapan bahwa kemakmuran tidaklah berbeda dengan kebahagiaan. Seseorang akan merasa makmur bila sudah ada keserasian antara keinginan-keinginan dan keadaan materil atau sosial yang dimiliki atau dikuasainya. Karenanya mereka selalu berusaha untuk menyeimbangkan antara keinginan dan keadaan materinya. Jika keinginan mereka berlebih, sementara keadaan materil mereka tidak mencukupi maka mereka harus mengurangi keinginan yang ada. Begitu juga sebaliknya.

Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan ke dalam 3 kelompok, yaitu :

  1. Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang. Pada aspek badaniah, biasanya orang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana manusia lainnya yang sehat jasmani. Sedangkan aspek mental, biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja dan berusaha secara wajar, sebagaimana manusia lainnya.
  2. Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam. Biasanya pihak pemerintah menempuh dua cara, yaitu memberi pertolongan sementara dengan bantuan secukupnya dan mentransmigrasikan ke tempat hidup yang lebih layak.
  3. Kemiskinan buatan atau kemiskinan struktural. Selain disebabkan oleh keadaan pasrah pada kemiskinan dan memandangnya sebagai nasib dan takdir Tuhan, juga karena struktur ekonomi, sosial dan politik.

Usaha memerangi kemiskinan dapat dilakukan dengan cara memberikan pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena dengan cara ini bukan hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga diri sebagai manusia dan sebagai warga masyarakat dapat dinaikkan seperti warga lainnya. Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan-kegiatan di sektor ekonomi lainnya.

Sertifikasi Guru = Pendidikan Yang Bermutu

Sertifikasi Guru = Pendidikan Yang Bermutu


Guru menjadi ujung tombak dalam pembangunan pendidikan nasional. Utamanya dalam membangun dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal.

Guru profesional dan bermartabat menjadi impian kita semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis, dan berakhlak. Guru profesional dan bermartabat memberikan teladan bagi terbentuknya kualitas sumber daya manusia yang kuat. Sertifikasi guru mendulang harapan agar terwujudnya impian tersebut. Perwujudan impian ini tidak seperti membalik talapak tangan. Karena itu, perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni, pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, dan guru.

Sertifikasi guru merupakan salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas. Peningkatan program lain yaitu; peningkatan kualifikasi akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, pemberian maslahat tambahan, penghargaan, dan perlindungan guru.


Sertifikasi guru melalui uji kompetensi memperhitungkan pengalaman profesionalitas guru, melalui penilaian portofolio guru. Sepuluh komponen portofolio guru akan dinilai oleh perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi guru. Bagi guru yang belum memenuhi batas minimal lolos, akan mengikuti pendidikan dan pelatihan hingga guru dapat menguasai kompetensi guru.
Mari kita sukseskan pelaksanaan sertifikasi guru yang jujur dan adil.

PERKEMBANGAN IPTEK VS PENGEMBANGAN KAPASITAS DIRI

PERKEMBANGAN IPTEK VS PENGEMBANGAN KAPASITAS DIRI

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat, misalnya dalam bidang elektro dan telekomunikasi serta bidang-bidang teknologi produksi lainnya, telah mendorong setiap orang untuk mengembangkan kapasitas dirinya. Semua tantangan-tantangan yang dihadapi organisasi menuntut manajer untuk mendorong kayawannya mengembangkan sesuatu yang bersifat inovatif. Alasannya dapat beragam.

Alasan pertama adalah adanya mitos yang menyebutkan fenomena suplai yang terbatas di satu sisi dan di sisi lain permintaan tidak terbatas sudah berubah. Ternyata dapat saja suplai suatu barang dan jasa telah melampaui permintaannya. Dalam situasi itu posisi rebut tawar konsumen atau pelanggan semakin tinggi. Pelanggan telah menjadi “raja”. Kondisi ini meningkatkan persaingan diantara perusahaan dimana unsur pangsa pasar menjadi faktor kunci. Perusahaan terdorong menerapkan strategi pasar produknya yang berorientasi pada hilir (kehendak pasar). Turunan dari fenomena itu adalah meningkatnya penggunaan SDM bermutu.

Alasan lainnya yakni adanya kecenderungan terjadinya pengembangan perusahaan internasional yang memiliki strategi bisnis global. Beberapa sasaran perusahaan berskala ini adalah memasarkan produknya ke seluruh dunia dan siap mengeluarkan uang banyak untuk kegiatan promosi. Strategi manufaktur mereka menjamin bahwa perluasan produk-produk khusus yang dihasilkan di luar negeri mampu melayani pasar domestik setempat dengan biaya yang lebih murah. Misalnya karena mutu karyawan cukup tinggi dengan biaya pekerja yang relatif murah maka perusahaan memiliki daya saing tinggi.

Alasan terakhir adalah terjadinya revolusi telekomunikasi dan transportasi telah mampu memperlancar akses jejaring informasi yang semakin cepat. Misalnya melalui internet dan transportasi modern, perusahaan mampu membuka segmen pasar baru yang semakin meluas. Dengan demikian transaksi barang dan jasa akan semakin mendunia secara lebih mudah. Pengembangan kapasitas diri karyawan utamanya dalam pengembangan system pelayanan menjadi sangat penting untuk menghadapi revolusi tersebut.

Rabu, 25 November 2009

URBANISASI tanpa URBANISME

URBANISASI tanpa URBANISME


Setiap kali memperhatikan arus balik lebaran, setiap kali pula muncul pertanyaan, adakah peningkatan mutu kehidupan di kota-kota besar di tanah air tercinta ini? Puluhan wali kota sudah berganti dengan janji-janji untuk memperhatikan kotanya. Namun, keadaan kota-kota besar ditanah air ini malah kian mundur. Indikatornya sederhana saja, yakni hidup di kota besar (kalau mau jujur) makin tidak nyaman, angka kriminalitas meningkat, areal banjir meluas, polusi juga meningkat dan berbagai kesulitan hidup lain.

Jawaban atas pertanyaan tersebut barangkali bisa dilacak dari sejarah pertumbuhan kota. Urbanisasi di negeri ini bisa digambarkan sebagai urban involution. Kata involution kontras dengan evolution, yang menampakkan sebuah proses dengan struktur, pola dan bentuk untuk menjadi rumit, berbelit, kompleks tanpa menapaki tangga baru sebuah evolusi (Evers, 2008). Seperti Clifford Geertz yang memperkenalkan involusi, kemandekan dan keterbelakangan beberapa kota disebabkan tumbuhnya sektor informal yang lebih cepat daripada sektor industry. Dengan kata lain, urbanisasi lebih digerakkan pesatnya pertumbuhan sektor informal.

Dari fenomena itu, muncul realitas pembagian kemiskinan (shared poverty) di kota-kota besar. Kota di Indonesia ini dibangun sebagai imagined community bagi bangsa dengan berbagai symbol virtual. Virtual urbanism menjadi sesuatu hal esensial dan mengabaikan kenyataan adanya perluasan urban sprawl dengan ikutannya seperti daerah rural-urban dan kampung-kampung kumuh.

Kota-kota di tanah air sedang berproses dalam sebuah involusi untuk menuju true urban revolution (pinjam istilah Evers, 2008). Pasar terbuka lebar, investasi deras masuk dan mengubah tataruang kota dengan kehadiran mal, shopping centre, central business distric, jaringan ICT (information, communication and technology) dan berbagai infrastruktur lain. Warga kota kini terlibat dengan pola konsumsi global. Meski demikian, proses ke arah the real urban masih panjang, kerena di Indonesia lebih banyak kota-desa (urban-village) dari pada city.

Dari gambaran tersebut, dapat pula dimengerti mengapa kota-kota kita tidak memiliki basis urbanisme yang kuat karena dalam sejarahnya negeri ini mengenal konsep ‘kota’ sampai dengan kedatangan Belanda. Itu berbeda dengan Tiongkok, Jepang, Vietnam, Thailand, dan sebagainya yang memiliki tradisi kuat pusat-pusat urbanisme. Di Indonesia, kejayaan Majapahit, Mataram, Sriwijaya dan sebagainya tidak dikelilingi atribut urbanisme. Kalau Beijing ada tembok besar dan infrastruktur jalan, saluran dan sebagainya, di sekitar keraton di Indonesia hanya ada petani, pelayan dan perajin. Infrastruktur kota-kota di Indonesia dibangun Belanda.

Sejak terbentuknya kota, tampak didominasi kekuasaan otoriter yang berorientasi pada sistem nilai yang bersifat sakral dan berakar pada tradisi lokal. Sejarah kota-kota di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakat kota tradisional prakolonial bukanlah sebuah komunitas urban yang utuh, namun merupakan ‘kerajaan kota’ atau ‘negara kota’ dengan struktur sosial politis bersifat feudal-agraris yang kental. Kekuatan itu kemudian membentuk parasiter dengan membuat aliansi bersama kelompok-kelompok produktif seperti pengusaha, pemilik tanah, pemilik kapal, pedagang dan sebagainya dalam usaha mempertahankan dominasinya.

Aliansi semacam ini sangat longgar karena setiap kelompok memiliki hak otonomi atas sebagian lahan kota. Teritorial ekonomi itulah yang disebut kampung. Warisan tradisional tersebut hadir dengan kental dalam kehidupan kota sampai saat ini. Dari titik itulah dapat dipahami bahwa kota besar tidak mengenal istilah ruang publik atau public space. Sebab, setiap ruang yang ada selalu diperebutkan antar kelompok dan dalam hal ini usaha pemerintah kota yang selalu netral akan sia-sia. Penyebabnya sederhana saja, disetiap ruang harus ada penguasanya dan setiap individu atau kelompok berusaha menguasai ruang seluas-luasnya.

Pada konsep tradisional, tempat-tempat umum seperti pasar, pelabuhan dan sebagainya tidak sepenuhnya terbuka karena penguasa kota menyerahkannya kepada seorang tanpa peraturan yang terlalu jelas. Demikian pula saat ini, perparkiran atau terminal diserahkan kepada seseorang yang memiliki hubungan dengan penguasa kota dan merupakan ‘tentara pribadi’. Hal ini sering disebut dengan istilah premanisme.

Dari sketsa ringkas diatas, tampak bahwa ada semacam urbanisasi tanpa urbanisme di kota-kota besar di tanah air kita. Indicator istilah tersebut adalah adanya kemandekan struktur ketenagakerjaan penduduk kota dengan sektor pelayanan, usaha kecil dan jasa masih mendominasi. Akibatnya, sebagaimana dikatakan oleh Jones (dalam Evers, 2008), ‘No, real urban proletariat’ di kota.

Kini kota-kota besar di tanah air merupakan bagian depan dari imperium kolonial baru dan imperium perdagangan. Menurut Castell dan Harvey dalam Gilbert dan Gugler (1996), daerah perkotaan hanya bisa dipahami dari segi konflik kelas yang merupakan akibat langsung beroperasinya cara produksi kapitalis.

Bentuk perkotaan, persoalan perkotaan, sistem pemerintahan dan ideologi pemerintahan kota hanya bisa dipahami dalam konteks dinamika sistem kapitalis. Ruang ditentukan secara sosial: hasil konflik antara kelas sosial yang berbeda. Masalah perkotaan muncul tidak sekadar kesalahan manajemen, namun kerena adanya kepentingan-kepentingan kelompok-kelompok kelas sosial tertentu yang diuntungkan permasalahan tersebut.

Karena itu, meski lebaran dan arus balik terus bertambah, persoalan kota-kota besar di tanah air kita tak pernah terselesaikan dengan baik.

Etnosentrisme Politik Lokal

Etnosentrisme Politik Lokal


Masalah integrasi nasional masih menjadi hal serius bagi bangsa Indonesia. Bangkitnya semangat primordialisme kedaerahan, kesukuan, dan keagamaan dalam dua dasawarsa terakhir,oleh banyak kalangan, dinilai sebagai pertanda memudarnya semangat kebangsaan,sesuatu yang amat vital bagi tegaknya Indonesia sebagai negara bangsa (nation state).

Kenyataan ini memang dapat mengganggu proses rekonstruksi bangsa, terutama bila solidaritas nasional yang telah terbangun selama ini tereliminasi oleh semangat etnonasionalisme yang berbasis pada ikatan primordial lama, yakni kesukuan, keagamaan, dan kedaerahan. Munculnya ketegangan sosial di beberapa daerah yang didasari sentimen keagamaan dan kesukuan, kuatnya penonjolan simbol-simbol primordial dalam pertarungan politik, baik pada tataran nasional maupun lokal, bisa jadi indikator kenyataan tersebut.Gejala ini tampak semakin vulgar di era reformasi seiring dengan berlakunya otonomi daerah.

Munculnya egoisme kedaerahan ini karena adanya perasaan mampu membiayai pembangunan demi kemajuan masyarakat sendiri dan perlawanan terhadap kepemimpinan daerah yang selama Orba dikuasai oleh pendatang, realitas yang merupakan akibat dari pemilihan (semu) kepala daerah yang harus selalu mendapat restu pemerintah pusat.Keadaan ini langsung maupun tidak langsung mendorong penonjolan simbol-simbol identitas kelompok yang dibangun atas dasar etnik maupun agama yang kian tampak, terutama dalam proses pemilihan kepala daerah.

Etnosentrisme pada dasarnya merupakan wujud etnonasionalisme, yakni perasaan senasib yang timbul dalam satu komunitas etnik atau paham kebangsaan yang berbasis pada sentimen etnik. Semangat etnosentrisme ingin diwujudkan menjadi suatu entitas politik yang bernama “negara-bangsa”. Ada upaya homogenisasi pengertian bangsa dalam hal ini, yaitu pengertian bangsa yang lebih diperkecil pada ikatan perasaan sesuku yang ditandai dengan kesamaan budaya,bahasa atau kesetiaan pada suatu teritorialitas tertentu. Menguatnya etnosentrisme membawa sejumlah akibat. Pertama, menarik garis pemisah atau menjauhkan diri atau bahkan keluar dari tatanan negara bangsa.Kedua,berusaha mendudukkan orang sesuku dalam pemerintahan (kekuasaan politik). Ini sering kita temui dalam berbagai jenjang pemerintahan, baik pusat maupun daerah –lingkaran pertama di sekitar pejabat adalah orang sedaerah.

Hal yang sama juga terjadi dalam rekrutmen pegawai negeri sipil (PNS) dengan argumentasi memprioritaskan “putra daerah”padahal kriterianya tidak jelas. Juga tuntutan pemekaran wilayah atas dasar kesukuan dan agama. Menurut Benedict Anderson, hal itu terjadi karena nasionalisme yang berkembang pada bangsa-bangsa yang baru merdeka dari penjajahan lebih bersifat nasionalisme imajinatif. Nasionalisme tidak terbangun atas dasar kesamaan tujuan dan pilihan-pilihan rasional dan faktual.

Pada perkembangannya, setelah sekian lama hidup dalam kebersamaan imajiner tidak juga lepas dari “kolonialisme baru”, yakni kekuatan politik hegemonik dan sentralistik,lalu muncul imaji baru yang lebih menyempit (melokal) dengan etnisitas sebagai basisnya. Pada level inilah elemen-elemen nasionalisme seperti bahasa, kesamaan sejarah, identitas masa lalu, dan solidaritas sosial yang mestinya menjadi pengikat mulai pudar.

Proses pembentukan kesadaran identitas, solidaritas sosial, dan sentimen kebangsaan terganggu. Redistribusi yang diskriminatif dan ketidakadilan dalam bidang hukum,politik, ekonomi,religi,dan pendidikan juga menimbulkan sikap antipati terhadap kelompok yang sedang berkuasa yang dalam konteks Indonesia sering diidentifikasikan dengan kelompok suku tertentu. Bahkan, pada tingkat tertentu etnosentrisme ingin melepaskan diri dari suatu bangsa. Selain itu, pengelolaan kekayaan alam tanpa memperhatikan masyarakat lokal telah menimbulkan kecemburuan sosial yang akan terjelma dalam berbagai bentuk perlawanan.

Dalam konteks Indonesia, dengan tidak mengesampingkan faktor ketidakadilan, manajemen geopolitik, dan etnisitas, tampak kecenderungan mengidentifikasi gerakan dari etnik tertentu dengan agama tertentu. Di Aceh, misalnya, separatisme dikaitkan dengan penerapan syariah Islam,di Maluku (RMS) dan Papua (OPM) cenderung diidentikkan dengan agama Kristen, sebagaimana terlihat dalam kasus suaka politik 42 WNI asal Papua ke Australia yang mendapat dukungan dari gereja-gereja di Australia. Karena itu, dapat dikatakan bahwa perbedaan agama turut mendorong ketegangan politik, bahkan dapat memicu separatisme.

Identifikasi etnik dengan agama tampak dari pola penyikapan terhadap suatu gerakan politik. Respons itu tidak hanya datang dari pemerintah, tapi juga dari kelompok agama tertentu yang merasa dirugikan. Konflik politik yang dipicu etnosentrisme umumnya berpangkal pada persoalan ketidakadilan, kesenjangan, dan perbedaan ideologi. Salah satu penyebabnya adalah mekanisme dampak saring (filtering effect), yaitu suatu dampak yang disebabkan program pembangunan yang hanya bisa dinikmati oleh mereka yang sesuai dengan program pembangunan, sementara mereka yang tidak masuk dalam standar tidak memperolehnya.

Sementara itu, segmentasi dalam bentuk terjadinya kesatuan-kesatuan sosial yang terikat ke dalam ikatan-ikatan primordial dengan subkebudayaan yang berbeda dengan lainnya sangat mudah melahirkan konflik-konflik sosial. Dalam hal seperti ini, konflik politik biasanya terjadi dalam dua dimensi. Pertama, pada tingkatan ideologis, berupa konflik antara sistem nilai yang dianut oleh etnik pendukungnya serta menjadi ideologi dari kesatuan sosial. Kedua, pada tingkatan politis; konflik ini terjadi dalam bentuk pertentangan dalam pembagian kekuasaan dan sumber ekonomi yang terbatas dalam masyarakat.

Dalam kondisi demikian, sadar atau tidak, setiap yang berselisih akan berusaha untuk meningkatkan dan mengabdikan diri dengan cara memperkokoh solidaritas ke dalam di antara sesama anggotanya,membentuk organisasi-organisasi kemasyarakatan untuk keperluan kesejahteraan dan pertahanan bersama, membentuk lembaga- lembaga untuk memperkuat identitas kultural, meningkatkan sentimen etnosentrisme, stereotipisme,keagamaan, dan usaha-usaha lain yang berbasis primordialisme. Banyak kalangan berpendapat bahwa integrasi nasional dan sosial adalah solusi atas etnosentrisme,dengan meredam konflik politik berbasis perbedaan etnik, agama, dan kedaerahan.

Namun, patut disadari bahwa integrasi adalah proses sosiologis dan antropologis yang tidak bisa dilakukan dan ditempuh dalam waktu yang singkat.Ia memerlukan proses pembudayaan dan konsensus sosial politik di antara suku bangsa (etnik) yang ada di dalam negara kesatuan Indonesia. Konsensus nasional mengenai bagaimana kehidupan bangsa Indonesia harus diwujudkan atau diselenggarakan, yang seyogianya dapat kita temukan dalam proses pertumbuhan Pancasila sebagai dasar falsafah atau ideologi negara.

Keindonesiaan yang multietnis, heterogen, dan majemuk harus terus dikuatkan eksistensinya melalui implementasi ideologi Pancasila, khususnya dalam bidang pengembangan kesejahteraan sosial dan peningkatan pendidikan. Pendidikan merupakan kunci kemajuan berpikir yang melahirkan intelektualitas, profesionalisme,dan sikap toleransi yang pada gilirannya akan melahirkan warga negara yang tidak saja memiliki kesetiaan lokal (budaya, suku, dll), tapi juga mempunyai rasa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


PEMUDA DAN SOSIALISASI

PEMUDA DAN SOSIALISASI


Pemuda adalah generasi penerus dari generasi terdahulu. Anggapan itu merupakan beban moral yang ditanggung bagi pemuda untuk memenuhi tanggung jawab yang diberikan generasi tua. Selain memikul beban tersebut pemuda juga dihadapkan persoalan-persoalan diantaranya kenakalan remaja, ketidak patuhan pada orang tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan suram, keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya. Seringkali pemuda dibenturkan dengan “nilai” yang telah ada jika mereka berkelakuan di luar nilai tersebut.


Munculnya jurang pemisah antara generasi muda dan generasi tua merupakan akibat dari benturan dua kebudayaan yaitu tradisional dan modern. Dimana budaya tradisional itu dianut oleh generasi tua yang terdahulu dan budaya modern dikembangkan oleh generasi muda yang telah tercium arus globalisasi dengan tujuan untuk mengadakan perubahan-perubahan yang lebih baik dari generasi orang tua. Perkembangan dengan tidak adanya kematangan/kedewasaan mental dan arahyang baik maka dapat menimbulkan masalah seperti pada penyalahgunaan telephon genggam (
mobile phone) atau sering juga disebut HP, dengan adanya pembaharuan-pembaharuan dari alat komunikasi ini menjadikan fungsi HPmenjadi barang prestise dalam pergaulan anak muda jika tidak menggunakan HP model baru dapat dikatakan “kuno” atau “ketinggalan jaman”. Selain itu semakin canggihnya fungsi HP yang dapat digunakan mengambil foto dan merekam gambar yang bergerak sering kali dipersalah gunakan untuk merekam gambar dan film porno.

Orang tua mempunyai kebiasaan dalam mendidik anak yaitu dengan menurunkan nilai-nilai budaya dan penerusan kebiasaan mereka. Dewasa ini pemuda seringkali mengambil langkah sendiri dalam menjalani hidupnya tanpa menghiraukan pendidikan yang diberikan orang tuanya. Hal ini dikarenakan adanya anggapan dari pemuda bahwa apa yang diberikan oleh orang tua adalah suatu hal yang kuno. Adanya perbedaan situasi kehidupan dan banyaknya perubahan-perubahan yang terjadi memposisikan pendidikan yang diberikan orang tua sudah ketinggalan jaman. Selain itu lebih tingginya pendidikan anak dari orang tuamemberikan keyakinan bahwa anak dapat memutuskan jalan hidupnya sendiri karena mereka merasalebihmengerti dan tahu bagaimana menjalani hidupnya sendiri.

Permasalahan ini adalah pemasalahangenerasi yang merupakan suatu masalah masyarakat yang di kenal sejak dulu kala. Yang dipermasalahkan adalah nilai-nilai masyarakat. Bagaimana serasi atau kurang serasi hubungan ini akan tampak dalam saat-saat kritis. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan kebudayaan itu sendiri. Dengan demikian, bagaimana penyelesaian masalah itu sendiri juga mencerminkan kebudayaan masyarakat itu. Permasalahan ini menurut para ahli paedagogi social bahwa masalah antar generasi tidak terdapat di masyarakat tradisional. Dapat dikatakan bahwa masalah antar generasi merupakan suatu masalah modern. Adapun inti pokok adalah bahwa dalam masyarakat sistem tertutup/tradisional, pembinaan dan proses pendewasaan terjadi secara kontinyu, di awasi oleh social control masyarakat.

Suatu masyarakat akan mengalami stabilitas social apa bila “prosesproduksi generasi” berjalan dengan baik, sehingga terbentuk personifikasi, identitas-identitas dan solideritas sebagaimana diharapkan oleh generasi sebelumnya.

Pengertian pemuda/generasi muda sebagaimana yang dimaksudkan dengan pembinaan generasi muda dan dilaksanakan dalam repelita IV adalah :

1)Dilihat dari segi biologis, terdapat istilah :

Bayi :0 – 1tahun

Anak :1 – 12 tahun

Remaja : 12 – 15 tahun

Pemuda : 15 – 30 tahun

Dewasa : 30 tahun keatas

2)Dilihat dari segi budaya atau fungsional dikenal dengan istilah

Anak:0 – 12 tahun

Remaja: 12 – 18 tahun – 21 tahun

Dewasa: 18 – 21 tahun ke atas

Di muka pengadilan manusia berumur 18 tahun sudah dianggap dewasa.

3)Dilihat dari angkatan kerja, ada istilah tenaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat diterima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18 – 22 tahun

4)Dilihat dari perencanaan modern, digunakan istilah sumber-sumber daya manusia muda (young human resources) sebagai salah satu dari 3 sumber-sumber pembangunan yaitu :

a)Sumber-sumber alam (natural resources)

b)Sumber-sumber dana (financial resources)

c)Sumber-sumber daya manusia (human resources)

5)Dilihat dari idiologis-politis, maka generasi muda adalah calon pengganti generasi yang terdahulu, dalam hal ini berumur antara 18 – 30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun.

6)Dilihat dari umur, lembaga dan runang lingkup tempat, diperoleh 3 kategori :

Siswa, usia antara 6 – 18 tahun, masih dibangku sekolah

Mahasiswa, usia antara 18 – 25 tahun, masih ada di Universitas atau perguruan tinggi

Pemuda, di luar lingkungan sekolah ataupun peguruan tinggi, usia antara 25 – 30 tahun

Secara kelasik masa muda merupakan masa yang paling menyenangkan. Pencarian jati diri dengan melakukan berbagai hal sesuai kehendak hati, kesenangan, sex bebas, narkotika, kenakalan dan lain-lain merupakan refleksi kelebihan energi yang bermuatan negative. Selama ini pemuda merupakan obyek dan bukan subjek bagi pembangunan. Sehingga hanya sebagai penonton dan penikmat hasil dari pembangunan. Hal ini terjadi karena ketidak percayaangenerasi tua terhadap generasi muda. Takut akan terjadi kegagalan dan sikap mengecilkan bukan suatu sikap yang membangun generasi muda menuju ke arah yang lebih baik karena hal itu dapat mengganggu perkembangan mental pemuda. Tidak adanya kesempatan untuk melakukan pembangunan menumbuhkan suatu perasaan yang membosankan dari diri pemuda. Kegiatan mengasingkan diri dan membentuk kelompok-kelompok preman serta melakukan kegiatan yang meresahkan bagi masarakat umum merupakan suatu cara mereka dalam menyalurkan energy. Dengan demikian tidak dapat di salahkan jika generasi muda yang berikutnya akan demikian. Sikap imitasi/meniru prilaku dari orang lain merupakan proses belajar. Maka lingkungan juga memiliki peran yang cukup besar dalam pertumbuhan setiap insan. Lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan lain-lain memiliki porsi yang berbeda dalam membentuk kepribadian anak. Misal seorang anak yang tinggal di lingkungan sekolah pasti memiliki kepribadian yang berbeda dengan anak yang tinggal dilingkungan pasar.

Setiap individu dalam berinteraksi selalu melibatkan individu lain baik yang berkelompok maupun tidak. Dalam hubugannyaindividu dapat mengubah, memperbaiki bahkan merusak eksistensi suatu kelompok/lingkungan demikian juga sebaliknya kelompok/lingkungan juga dapat mengubah dan merusak individu sebagai akibat perusakan individu terhadap lingkungannya. Dengan demikian perspektif masyarakat mengenai pemasalahan-permasalahan pemuda juga harus dilihat dari kaca mata yang berbeda pula. Perilaku yang menyimpang belum tentu karena adanya keinginan dari dalam pemuda itu sendiri melinkan lingkungan yang dibentuk oleh generasi terdahulu juga berpotensi memicu tindakan yang menyimpang oleh pemuda. Keseimbangan antara manusia dan lingkungannya adalah suatu keseimbangan yang dinamis, suatu interaksi yang bergerak. Arah itu sendiri mungkin ke arah kehancuran atau perbaikkan. Hal itu tergantug pada tingkat pengelolaan manusia terhadap lingkungannya, baik potensi manusiawi maupun potensi fisik yang ekonomis.

Jurang pemisah antar golongan akan musnah jika kita memandang semua golongan itu sebagai totalitas (orang tua, pemuda, anak-anak). Dengan demikian tidak ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa (generasi tua) dan anak-anak, secara fundamental. Tidak ada generasi yang menganggap dirinya pelindung generasi sekarang atau yang akan datang. Semuanya bertanggung jawab atas keselamatan kesejahteraan, kelangsungan generasi sekarang dan yang akan dating.Kalaupun perbedaan dalam kematangan befikir, dalam menghayati makna hidup dan kehidupan ini semata-mata disebabkan oleh tingkat kedewasaannya saja. Melainkan perbedaan antara kelompok-kelompok yang ada, antara generasi tua dan generasi muda misalnya, hanya terletak pada derajat dan ruang lingkup tanggung jawabnya.


Sabtu, 21 November 2009

Anak Lebih Sehat Jika Ibunya Tak Bekerja

Anak Lebih Sehat Jika Ibunya Tak Bekerja

Seorang anak yang memiliki ibu yang bekerja umumnya tidak lebih sehat dibanding anak-anak dengan ibu rumah tangga yang tidak bekerja.Di Inggris, saat ini hampir dua dari tiga anak usia balita memiliki ibu yang bekerja dan jumlah ini kemungkinan besar akan terus meningkat. Namun yang mengkhawatirkan, hasil riset terbaru menyebutkan kondisi seperti ini bisa berpengaruh terhadap kesehatan si anak.
Anak-anak dengan ibu yang bekerja akan kurang diberikan perhatian dan cenderung lebih sering menghabiskan waktu di sekolah atau tempat les, menonton televisi lebih dari dua jam sehari, dan tidak terkontrol dalam hal asupan makanan.Mereka pun lebih sedikit mengkonsumsi buah dan sayuran sebagai salah satu sumber vitamin yang menyehatkan tubuh.
Survei yang dilakukan Institute of Child Health, London, terhadap sekira 12.000 balita di Inggris menemukan bahwa anak-anak dengan ibu yang bekerja penuh lebih sedikit makan buah dan sayuran. Namun kondisi ini tidak terjadi pada anak-anak yang ibunya bekerja paruh waktu.Hasil survei menunjukkan, sekira 60 persen wanita yang memiliki anak usia balita di Inggris dan AS adalah seorang ibu yang bekerja.
Ketidakluwesan jam kerja sangat mungkin membatasi kapasitas para orangtua dalam mendampingi putra putri mereka dalam aktivitas fisik dan menyediakan makanan sehat.Dari studi ini juga diketahui bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga menengah ke bawah mengalami masalah yang sama.


Serba Serbi Gempa


Serba Serbi Gempa

Bulan September tahun ini diawali dan diakhiri dengan peristiwa gempa. Setelah sebelumnya Tasikmalaya diguncang gempa berkekuatan 7,3 SR pada tanggal 2 September, gempa dengan skala 7,6 SR menghampiri bumi pertiwi dan menghancurkan sebagian wilayah Padang, Sumatera Barat, kemarin.

Gempa sejatinya merupakan fenomena alam yang terjadi akibat adanya pergerakan lempeng bumi. Bumi tempat kita berpijak, meskipun padat, akan senantiasa bergerak.

Gempa terjadi akibat adanya pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Pada saat tekanan itu semakin membesar dan tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan, maka terjadilah peristiwa gempa bumi.

Beruntung, gempa yang baru dialami di Tanah Air tak sampai menimbulkan tsunami. Indonesia tidak akan pernah lupa dengan peristiwa tsunami yang menimpa Aceh dan sekitarnya.

Kala itu, gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,3 SR di Samudra Hindia dan menimbulkan tsunami yang menelan korban lebih dari 150.000 jiwa di sebagian penduduk Asia, termasuk Indonesia.

Tsunami memang bisa juga terjadi akibat gempa bumi dan fenomena alam lain seperti letusan gunung api, longsor, ataupun meteor yang jatuh ke Bumi. Namun sebanyak 90 persen tsunami diakibatkan gempa bumi bawah laut.

Gerakan vertikal pada kerak Bumi mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba. Hal itu menyebabkan gangguan kesetimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini kemudian menyebabkan perpindahan sejumlah besar massa air dan aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar bernama tsunami.

Untungnya meski kekuatan gempa di Sumatera Barat cukup besar, tidak sampai memicu tsunami. Kemungkinan besar hal itu disebabkan pusat gempa 71 km di bawah permukaan laut dalam tidak cukup kuat untuk mengangkat kulit bumi.


Tertawa Sehatkan Tubuh


Tertawa Sehatkan Tubuh

Mulai sekarang, jangan ragu mengekspresikan diri Anda dengan tertawa. Ungkapan bahwa tertawa itu sehat, nyatanya terbukti benar. Itu sebabnya, bersyukurlah jika Anda termasuk orang yang humoris. Hasil penelitian terbaru menyebutkan, terapi tertawa bisa menyembuhkan pasien penderita diabetes, jantung dan penyakit berat lainnya.
Pada penyakit kronis yang berpengaruh buruk terhadap mood dan perilaku, terapi humor bisa membantu mengurangi perasaan negatif dan tidak sehat, membantu pasien menemukan kontrol atas dirinya sendiri, serta menghilangkan rasa takut atau putus asa yang seringkali dirasakan pasien.
Para peneliti dari Loma Linda University menganalisa sebanyak 20 orang pasien dengan risiko tinggi mengidap diabetes. Para pasien ini juga diketahui mengalami hipertensi dan hiperlipidemia, penyebab penyakit kardiovaskular. Para penderita penyakit ini kemudian dibagi menjadi dua kelompok.
Kedua kelompok diberikan standar pengobatan diabetes yang sama. Namun bedanya, kelompok pertama yang dinamakan Group L secara rutin diberi terapi humor selama 30 menit. Sementara grup kedua, yaitu Group C tidak mendapat terapi yang sama. Untuk melihat perkembangannya, perlakuan ini diberikan pada pasien dan diawasi dalam kurun waktu satu tahun.
Nyatanya, setelah 12 bulan, Group L menunjukkan peningkatan kolesterol baik yang disebut HDL sebesar 26 persen. Pada Group C peningkatan kolesterol hanya naik sekira tiga persen.Sementara itu, protein C-reactive yang merupakan penanda terjadinya peradangan penyakit kardiovaskular menurun sebesar 66 persen pada pasien yang diberi terapi tertawa sementara yang terjadi pada kelompok lainnya tingkat peradangan penyakit ini hanya menurun sebesar 26 persen.
Kebanyakan dokter ahli memahami bahwa keadaan psikologi yang baik dapat membentuk emosi positif seperti tertawa riang, rasa optimis dan rasa harap yang membatu proses penyembuhan penyakit.Penelitian lain pun mengungkapkan bahwa humor dapat membantu kita menjadi pribadi yang penuh harap dan rasa optimis.


Kerangka Manusia Purba Tertua Ungkap Evolusi


Kerangka Manusia Purba Tertua Ungkap Evolusi

Kerangka primata tertua berusia empat juta tahun lalu diklaim membuka petunjuk baru dalam penyelidikan evolusi manusia. Kerangka berjenis kelamin perempuan ini ditemukan pada 1994 di Ethiopia dan telah dijadikan sebagai bahan penelitian selama bertahun-tahun oleh ilmuwan dari seluruh dunia. Mereka berupaya membuktikan bahwa manusia dan simpanse berevolusi secara terpisah dari nenek moyangnya.
Ardipithecus ramidus atau biasa disebut Ardi merupakan spesies primata yang hidup sekira 4,4 juta tahun lalu di sebuah wilayah yang kini bernama Aramis, di Ethiopia.
Ardi seratus tahun lebih tua jika dibandingkan dengan Lucy, kerangka primata tua lainnya yang ditemukan di Afrika pada 1974. Kerangka ini memiliki tinggi empat kaki atau sekira 1,2 meter dan 125 potongan rangka yang sudah termasuk tengkorak kepala, gigi, tulang panggul, tangan dan tulang kaki.
Ilmuwan menyebutkan, data yang berasal dari bagian-bagian tubuh Ardi membuka pengetahuan baru mengenai evolusi. Hasil analisa kerangka mengungkapkan bobot Ardi diperkirakan seberat 110 pounds atau 49 kilogram, memiliki tangan dan jemari yang panjang, serta bergigi besar yang digunakan untuk membantunya meraih dahan saat dia bergerak kesana kemari di antara pepohonan.
Ukuran otak Ardi diperkirakan sama dengan ukuran otak simpanse, namun spesies ini memiliki lebih banyak kemiripan dengan manusia, seperti kemampuan berdiri tegak dengan dua kaki.


Batik Fraktal, Kawinkan Seni Batik dengan Sains


Batik Fraktal, Kawinkan Seni Batik dengan Sains

Keindahan dan keragaman batik Indonesia tak hanya dituangkan dengan cara-cara seni dan tradisional. Dunia sains pun tertarik berkontribusi memperkaya budaya asli Indonesia ini.
Sebuah kelompok riset desain asal Institute Teknologi Bandung (ITB) bernama Pixel People Project, mengadakan penelitian mendalam tentang batik sejak 2007. Mereka pun kemudian meluncurkan jenis batik yang dikenal dengan nama batik fraktal.
Fraktal sejatinya merupakan benda geometris yang kasar pada segala skala, dan dapat "dibagi-bagi" dengan cara yang radikal. Secara sederhana, dapat pula diartikan sebagai sebuah hasil karya yang hadir dari perkembangan lanjut geometri kontemporer.
Terdapat hal yang menyatukan fraktal dengan batik, keduanya sama-sama membicarakan bentuk dan upaya "pengisian ruang kosong" dalam bidang dua dimensi yang diciptakan secara generatif dan iteratif.
Generatif artinya dibangun ulang dengan teknik yang sama, dan iteratif karena cara mengkonstruksinya dilakukan dalam pola pseudo-algoritmik yang mirip secara berulang.
Nancy Margried, Muhamad Lukman, dan Yun Hariadi yang tergabung dalam Pixel People Project awalnya secara tak sengaja mendesain gambar tumbuhan dengan teknik fraktal. Mereka tak menyangka, hasil iseng-iseng mereka menghasilkan sebuah desain mirip batik.
Dalam situs resminya www.pxlpplproject.com, mereka menjabarkan batik fraktal sebagai motif batik tradisional yang ditulis ulang secara matematis. Hasil penulisan ulang dimodifikasi lebih kompleks atau diubah rumusnya sehingga menghasilkan motif yang baru atau berbeda. Motif fraktal ini kemudian digunakan baik dengan teknis batik tradisional atau dengan mesin laser.
Karena bisa dibahasakan secara matematis, Pixel People Project kemudian mengembangkan sebuah perangkat lunak untuk batik fraktal. Program berbasis Java ini memudahkan seorang pemula sekalipun untuk mengembangkan motif batik dalam formula fraktal yang desainnya tersimpan dalam format png.
Motif batik yang dihasilkan dari perkawinan antara seni dengan sains ini kemudian mendapat apresiasi dari Kementrian Riset dan Teknologi Indonesia. Bahkan dalam waktu bersamaan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB, UNESCO pun turut memberikan penghargaan pada awal Oktober tahun lalu dan menilai batik fraktal memiliki kualitas tinggi serta berpotensi besar di pasar internasional.


Assalamualaikum Wr.Wb...Welcome to My Zone^^