Mengapa Aku Begitu Mencintaimu?
Apakah arti mencinta?
Sulit. Aku masih mencoba mendefinisikannya hingga kini. Aku hanya mampu berkesimpulan bahwa mencintai adalah menggantungkan seluruh kebahagiaan hanya kepada satu orang : orang yang kita cintai. Jika ini terjadi, keseluruhan hidupku adalah miliknya. Dia yang mengatur segala kebahagiaan yang terjadi dalam detik-detik pencinta.
Sembari mendengarkan tiupan saxophone Kenny G., aku mencoba mengurai kembali sejarah cinta yang membuat semuanya menjadi seperti ini.
Di awal, cinta adalah permainan, dan akhirnya adalah kesungguhan. Cinta tak dapat dilukiskan, tetapi harus dialami agar diketahui. Itu kata Ibn Hazm.
Keterangan tentang cinta, bukanlah cinta.
Cinta. Membuat pagiku menjadi bersemangat. Sejenak sebelum mandi, aku mendengarkan banyak lagu-lagu cinta, sembari berteriak keras di kamar dengan sesekali melompat laksana anak kecil yang baru saja mendapat mainan kesukaan sebagai hadiah ulang tahunnya.
Cinta. Membuat segala jenis masakan terasa sama. Ini yang mungkin juga menyebabkan orang berkata : tai kucing rasa coklat. Kemampuan hati yang disinergikan dengan ketidakrasionalan otak dalam berlogika membuat segala jenis rasa terdefinisikan dalam sebuah kata : indah.
Cinta. Membuat sarapan pagiku terasa bagai makan malam yang kemarin. Tenggorokan juga memberikan reaksi dengan menegangkan seluruh urat di bagian pendorong makanan, menyebabkan ketakutan akan anoreksi menyerang. Ia mengkhawatirkan kesehatan, tapi membuat rasa saling ingin menjaga itu makin kuat. Entahlah.
Cinta. Membuat seluruh masaku hanya menjadi miliknya, bahkan ketika berdiri di depan kelas sekali pun. Hanya ada beberapa masa aku melupakannya. Dalam keseluruhan 24 jam, aku bisa menyediakan 48 jam untuknya.
Cinta. Membuat kesibukanku terganti dengan sebuah senyum tersungging tanpa henti. Tak pernah ada rasa bahwa aku sedang mengerjakan sesuatu, semuanya hanyalah hiburan. Pekerjaan utamaku adalah memikirkannya, selain dari itu, hanyalah pengisi waktu luang yang membuatku menanti masa bersamanya.
Cinta. Membuat sifat pujangga yang mungkin tak pernah ada di kepalaku kini muncul menjadi nyata. Aku bisa. Aku mampu. Setiap kata yang kudengar kini mampu menjadi puisi. Setiap lagu yang bertalu adalah musik cinta. Setiap suara yang mengembang dari bibir adalah kata-kata indah.
Cinta. Membuat diri begitu rapuh. Lemah. Ketika satu saja hal membuat ketidaknyamanan muncul, seketika itu semua menjadi hambar. Senyum tak terukir dari bibirnya lebih menggerahkan daripada panas yang menghamba di bumi setahun lamanya. Marah yang muncul adalah neraka, yang akan membuat semua menjadi serba tak nyaman.
Cinta. Membuat berbagai kenangan melekat dalam. Melekat kuat di tiap titik saraf pencinta. Ia menjadikan semua momen kebersamaan adalah sebuah kejadian yang bahkan lebih penting dari sekedar proklamasi kemerdekaan.
Cinta. Membuat dinamika rasa itu bak grafik sinus. Naik, turun. Secepat kedipan mata. Hati merasakan gelombang radiasi yang tak pernah mampu dijelaskan dengan kata.
Cinta. Membuat diri tak pernah mampu mengendalikan situasi. Ia sungguh menjadikan aku sebagai hambanya.
Cinta. Membuat aku mampu menunggu selama 2 jam berturut-turut tanpa henti. Menunggu, satu dari sekian hal yang paling tidak kusuka ternyata makin terasa menyebalkan ketika cinta membuatnya. Dada sesak, aku bersujud memohon pada Tuhan untuk segera mengirim bantuannya.
Cinta. Membuat hati begitu kuat, setelah seketika ia merapuhkannya. When love makes everything possible. Itu yang mungkin. Seketika lemah, dan seketika kuat.
Cinta. Meninggikan, membanting, menguatkan, melemahkan, merasa, mengiba.
Cinta. Adalah cinta. Ia akan menjadikan diri bak raja yang begitu sulit melepaskan diri dari bayang sang permaisuri.
Tapi mengapa aku begitu mencintaimu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar